Pages

Jumat, 10 Agustus 2012

Tari Rantak

Tari Rantak merupakan salah satu kesenian budaya Minangkabau. Tari Rantak yang berkembang di dalam masyarakat ada beberapa nama tarian :

1. Tari Rantak Kudo Pesisir Selatan (karya : NN)

2. Tari Rantak Gusmiati Suid

Tari rantak point kedua merupakan karya Almh. Gusmiati Suid. Bundo Gusmiati Suid dalam perjalanan kreatifnya, sangat sadar bahwa tampilan Minangkabau dalam tari, terletak pada penguasaan pamenan yang berdasarkan pancak. Ia menekankan bahwa penguasaan bentuk-bentuk tari tradisi sebagai bahasa karya baru, semestinya diikuti dengan penguasaan pencak. Bahkan bagi Gusmiati Suid, pencak tidak hanya harus dilakukan secara teknik, tetapi juga dipahami dalam konteks filosofinya. Karena tari Minang umumnya mempunyai gaya dan teknik gerak yang identik dengan pencak silat Minangkabau, yang mana dalam pencak silat itu terdapat beberapa teknik yang harus dikuasai oleh penari Minangkabau, seperti :
 
    Tagak – Tagun
    Ukua Jo Jangko
    Pandang Kutiko
    Garak-Garik
    Raso-Pareso
 
Tagak – Tagun
Tagak (tegak) secara harfiah hanya berarti berdiri, tetapi “tagak” dalam permainan pencak silat dan juga tari dapat diartikan melakukan tarian seperti lazimnya dikatakan Mambao Tagak (melakukan tarian) sedangkan Tagun (berhenti atau merenung sejenak sebelum memulai pekerjaan) hubungan dua kata tagak tagun dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan dasar atau kemampuan awal penari Minangkabau.
 
Ukua  Jangko
Ukua Jo Jangko (ukur dan jangka) adalah dua kalimat mempunyai satu makna yaitu ketepatan melakukan sesuatu sesuai dengan ketentuannya. Istilah ini dimaksudkan agar penari mampu melakukan gerak secara teknik dengan sempurna, tetapi belum terlalu menuntut kemampuan penafsiran dan pengekspresian terhadap tarian yang mereka sajikan.
 
Pandang Kutiko
Pandang secara harfiah diartikan melihat, tapi dalam silat diartikan sebagai pemahaman, penafsiran dan persepsi terhadap sesuatu. Sedangkan Kutiko (ketika, saat) yang artinya ketepatan terhadap pemahaman, penafsiran dan persepsi pada sesuatu. Pada level ini penari dituntut mempunyai kemampuan untuk memahami tarian yang ia lakukan secara sempurna dan benar.
 
Garak-garik
Garak (Firasat) merupakan kepekaan dan keahlian seseorang terhadap sesuatu yang sedang dan akan terjadi. Sedangkan Garik (gerak). Istilah Garak-Garik di Minangkabau diartikan kemampuan seseorang melakukan sesuatu secara teknis dan non teknis. Hal ini dimaksudkan penari pada Garak-garik dituntut mampu melaksanakan secara teknis dan juga punya kepekaan dan ketepatan rasa dan ekspresi terhadap tari yang disajikan.
 
Raso-Pareso
Raso (rasa) Pareso (periksa, koreksi).
Dalam budaya Minangkabau Raso Peraso dua kalimat yang mempunyai satu makna, yaitu menyimpulkan tentang sikap dan perbuatan berdasarkan pikiran dan perasaan. Pepatah Minang mengatakan “raso dibaok naiak pareso dibaok turun” ketika itu terjadi pembauran antara raso dan peraso (pikiran dan perasaan)

Untuk Video Tari Rantak bisa dilihat di ==> http://adf.ly/BkBMN

Untuk Latihan Tari Rantak bisa dilihat disini ==> http://adf.ly/BkALH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar